Kaulinan Baheula Filosofi ENGGRANG
Egrang adalah permainan tradisional Indonesia yang belum diketahui secara pasti dari mana asalnya, tetapi dapat dijumpai di berbagai daerah dengan nama berbeda-beda seperti : sebagian wilayah Sumatera Barat dengan nama Tengkak-tengkak dari kata Tengkak (pincang), Ingkau yang dalam bahasa Bengkulu berarti sepatu bambu dan di Jawa Tengah dengan nama Jangkungan yang berasal dari nama burung berkaki panjang. Egrang sendiri berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang. Dalam bahasa Banjar di Kalimantan Selatan disebut batungkau. Egrang terbuat dari batang bambu dengan panjang kurang lebih 2,5 meter. Sekitar 50cm dari bawah, dibuat tempat berpijak kaki yang rata dengan lebar kurang lebih 20cm. Cara memainkannya adalah dengan berlomba berjalan menggunakan egrang tersebut dari satu sisi lapangan ke sisi lainnya. Orang yang paling cepat dan tidak terjatuh dialah pemenangnya. Permainan egrang ini dapat melatih dan mengembangkan kemampuan otak kanan dan kiri anak. Seperti halnya memori jangka panjang, sportivitas, keseimbangan dll yang dapat membentuk suatu karakter tertentu.
BAB 1 PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Egrang merupakan salah satu dari sekian banyak permainan tradisional Indonesia yang perlu dilestarikan dan dipertahankan keberadaannya. Egrang dapat dijumpai di berbagai daerah dengan nama yang berbeda-beda, egrang sendiri berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang.
Dalam permainan tradisional egrang terkandung nilai budaya yaitu kerja keras, keuletan, dan sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat para pemain yang berusaha agar dapat mengalahkan lawannya. Nilai keuletan tercermin dari proses pembuatan alat yang digunakan untuk berjalan yang memerlukan keuletan dan ketekunan agar seimbang dan mudah digunakan untuk berjalan. Dan nilai sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada.
Saat ini permainan tradisional egrang sudah mulai dilupakan oleh masyarakat, karena adanya permainan baru yaitu video game. Selain itu lahan-lahan yang digunakan untuk tempat bermain pun semakin berkurang, belum lagi sifat individualitas yang semakin berkembang di masyarakat kota yang semakin membuat permainan tradisional semakin dilupakan. Tentu saja sangat disayangkan apabila permainan tradisional egrang sampai dilupakan apalagi nilai budaya yang dikandungnya sangat bermanfaat dalam pembentukan karakter. Mempertimbangkan beberapa hal tersebut maka penulis membahas tentang egrang dalam makalah yang berjudul “Pembentukan Karakter dalam Permainan Egrang”.
- Rumusan masalah
- Bagaimana sejarah permainan egrang?
- Bagaimana teknis permainan egrang?
- Apa manfaat dari permainan egrang?
- Tujuan
- Menjelaskan sejarah permainan egrang
- Menjelaskan teknis permainan egrang
- Menjelaskan manfaat permainan egrang
- Manfaat
- Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca tentang permainan egrang
BAB 2 PEMBAHASAN
- Sejarah Permainan Egrang
Egrang adalah alat permainan tradisional yang terbuat dari 2 batang bambu dengan ukuran selengan orang dewasa, sedangkan untuk tumpuan bawah bambunya agak besar. Permainan ini sudah tidak asing lagi, mekipun di berbagai daerah di kenal dengan nama yang berbeda beda. saat ini juga sudah mulai sulit di temukan, baik di desa maupun di kota, Permainan egrang sendiri sudah ada sejak dahulu kala dan merupakan permainan yang membutuhkan ketrampilan dan keseimbangan tubuh.
Permainan egrang muncul sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, dimasa penjajahan Belanda. Seperti terekam di Baoesastra (Kamus) Jawa karangan W.J.S. Poerwadarminto terbitan 1939 halaman 113, disebutkan kata egrang-egrangan diartikan dolanan dengan menggunakan alat yang dinamakan egrang. Dari hasil googling, banyak sumber yang menyebutkan kalau permainan egrang berasal dari daerah Jawa. Namun belum diketahui secara pasti dari mana asalnya, tetapi dapat dijumpai di berbagai daerah dengan nama berbeda-beda seperti: sebagian wilayah Sumatera Barat dengan nama Tengkak-tengkak dari kata Tengkak (pincang), Ingkau yang dalam bahasa Bengkulu berarti sepatu bambu dan di Jawa Tengah dengan nama Jangkungan yang berasal dari nama burung berkaki panjang. Egrang sendiri berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang. Dalam bahasa Banjar di Kalimantan Selatan disebut batungkau.
- Teknis Permainan Egrang
Lapangan dan Peralatan
Permainan egrang ini tidak membutuhkan tempat (lapangan) yang khusus. Dapat dimainkan di mana saja, asalkan di atas tanah. Jadi, dapat di tepi pantai, ditanah lapang atau di jalan. Luas arena permainan egrang ini hanya sepanjang 7-15 meter dan lebar sekitar 3-4 meter. Peralatan yang digunakan adalah dua batang bambu bata (volovatu) atau kayu yang relatif lurus dan sudah tua dengan panjang masing-masing antara 2,5-3 meter. Cara membuatnya adalah sebagai berikut. Mula-mula bambu dipotong menjadi dua bagian yang panjangnya masing-masing sekitar 2½-3 meter. Setelah itu, dipotong lagi bambu yang lain menjadi dua bagian dengan ukuran masing-masing sekitar 20-30 cm untuk dijadikan pijakan kaki. Selanjutnya, salah satu ruas bambu yang berukuran panjang dilubangi untuk memasukkan bambu yang berukuran pendek. Setelah bambu untuk pijakan kaki terpasang, maka bambu tersebut siap untuk digunakan.
Sumber: tlc-learningcentre.blogspot.com
Pemain
- Permainan egrang dapat dilakukan oleh pria dan wanita dengan memakai pakaian olahraga yang pantas.
- Permainan egrang dapat dikategorikan sebagai permainan anak-anak. Pada umumnya permainan ini dilakukan dilakukan oleh anak laki-laki yang berusia 7–13 tahun, taruna/remaja/dewasa 13 tahun keatas. Jumlah pemainnya 2–6 orang
Jalan Permainan
Apabila permainan hanya berupa adu kecepatan (lomba lari), maka diawali dengan berdirinya 3-4 pemain di garis start sambil menaiki bambu masing-masing. Bagi anak-anak yang kurang tinggi atau baru belajar bermain egrang, mereka dapat menaikinya dari tempat yang agak tinggi atau menggunakan tangga dan baru berjalan ke arah garis start. Apabila telah siap, orang lain yang tidak ikut bermain akan memberikan aba-aba untuk segera memulai permainan. Mendengar aba-aba itu, para pemain akan berlari menuju garis finish. Pemain yang lebih dahulu mencapai garis finish dinyatakan sebagai pemenangnya
Apabila permainan bertujuan untuk mengadu bambu masing-masing pemain, maka diawali dengan pemilihan dua orang pemain yang dilakukan secara musyawarah/mufakat. Setelah itu, mereka akan berdiri berhadapan. Apabila telah siap, peserta lain yang belum mendapat giliran bermain akan memberikan aba-aba untuk segera memulai permainan. Mendengar aba-aba itu, kedua pemain akan mulai mengadukan bambu-bambu yang mereka naiki. Pemain yang dapat menjatuhkan lawan dari bambu yang dinaikinya dinyatakan sebagai pemenangnya.
Apabila permainan bertujuan untuk mengadu bambu masing-masing pemain, maka diawali dengan pemilihan dua orang pemain yang dilakukan secara musyawarah/mufakat. Setelah itu, mereka akan berdiri berhadapan. Apabila telah siap, peserta lain yang belum mendapat giliran bermain akan memberikan aba-aba untuk segera memulai permainan. Mendengar aba-aba itu, kedua pemain akan mulai mengadukan bambu-bambu yang mereka naiki. Pemain yang dapat menjatuhkan lawan dari bambu yang dinaikinya dinyatakan sebagai pemenangnya.
Persiapan
- Membuat garis batas tempat dimulainya bermain dan garis finis tempat berakhirnya perlombaan.
- Setiap pemain disertai alat 2-5 buah tongkat sebagai penyambung kaki mereka.
- Adanya Peserta yang akan ikut bermain.
- Bila peserta main itu lebih dari 10 orang anak, maka tahap pertama ini dibagi dalam beberapa kelompok. Misalnya semua peserta ada 50 orang maka dibagi menjadi 10 kelompok.
- Melakukan pengundian pemain/kelompok yang duluan mengikuti perlombaan
Tahap-tahap Permainan
- Perkelompok diperlombakan dalam seri, dari garis start sampai garis finis dipimpin juri star dan waktu dicatat oleh petugas pencatat waktu
- Sebelum perlombaan dimulai, para atlet berdiri dibelakang garis start dengan memegang egrang
- Aba-aba perlombaan oleh wasit/juri star adalah : bersedia, siap, “YA” pada aba-aba bersedia, tangan memegang egrang (kanan dan kiri), aba-aba siap satu kaki (kanan atau kiri) di atas tempat berpijak dan setelah aba-aba “YA” Lari. Pengganti ya dapat diganti dengan suara peluit/sejenis
- Para atlet dinyatakan gugur apabila :
– Menginjak garis lintas lebih dari dua kali
– Kaki jatuh menyentuh tanah/lantai lebih dari dua kali
– Dengan sengaja mengganggu atlet lain
5.Waktu terbaik/jangkauan terjauh dalam seri ( 1 orang ) berhak mengikuti seri berikutnya
6.Atlet yang terganggu jalannya oleh atlet lainnya boleh meneruskan larinya atau mengulang
7.Pada tahap ini perlombaan dilanjutkan lagi dengan menampilkan para pemenang dari masing-masing perlombaan yang kelak akan menghasilkan 3 orang saja yangkemudian berhak mengikuti perlombaan meraih gelar juara 1, 2,dan 3.
Pemenang
- pemenang ditentukan berdasarkan kecepatan waktu
- waktu yang diambil adalah kaki terakhir menyentuh garis finis
Wasit, Juri, dan Pencatat Waktu
- wasit bertugas mengawasi seluruh jalannya perlombaan
- juri pemberangkatan ( starter)
- juri lintasan, mengawasi lintasan apakah pemain ada yang menginjak garis
- juri kedatangan mengawasi perlombaan di garis akhir
- pencatat waktu (timer) , mencatat waktu para pelari
- Manfaat Permainan Egrang
Menurut prinsip dasar psikologi, apa saja yang dilakukan begitu sering dan dilakukan oleh banyak orang sebenarnya dapat memotivasi (Purnomo, dkk, 2013). Jadi permainan itu menyenangkan dan bisa menimbulkan motivasi dalam diri seseorang yang melakukan permainan tersebut.
Jika dikaitkan dengan dunia pendidikan, permainan juga bisa membantu anak untuk meraih prestasi dengan permainan-permainan tersebut, terutama permainan tradisional. Dalam permainan tradisional terdapat nilai-nilai budaya dan bisa melatih anak untuk mencintai budaya bangsa. Selain itu dalam permainan tradisional juga mengajarkan kepada anak untuk melatih konsentrasi, seperti pada permainan egrang.
Egrang adalah alat permainan tradisional yang terbuat dari 2 batang bambu dengan ukuran selengan orang dewasa, sedangkan untuk tumpuan bawah bambunya agak besar (Fourtofour, 2013). Permainan Egrang sendiri sudah ada sejak dahulu kala dan merupakan permainan yang membutuhkan ketrampilan dan keseimbangan tubuh. Dalam permainan egrang, anak harus bisa berkonsentrasi agar tidak terjatuh dari egrang tersebut.
Namun dalam perkembangan jaman, sekarang olahraga egrang sudah mulai dilupakan. Untuk menumbuhkan kembali ketertarikan anak terhadap olahraga egrang, maka harus ada pengembangannya, salah satunya dengan permainan “estafet ingatan”. Dalam permainan ini ada banyak sekali manfaatnya yaitu: menumbuhkan rasa kekompakan dalam tim. Karena dalam permainan ini dibutuh 4-5 anak dalam sebuah tim. Kemudian dalam permainan ini anak bisa bersenang-senang dan bisa menghilangkan rasa strees disekolahan. Nilai budaya yang terkandung dalam permainan egrang adalah: kerja keras, keuletan, dan sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat para pemain yang berusaha agar dapat mengalahkan lawannya. Nilai keuletan tercermin dari proses pembuatan alat yang digunakan untuk berjalan yang memerlukan keuletan dan ketekunan agar seimbang dan mudah digunakan untuk berjalan. Serta, nilai sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada.
Selain itu yang paling utama adalah dalam permainan ini anak juga bisa memanfaatkan otak kanannya. Dalam permaninan ini anak harus bisa konsentrasi agar tidak terjatuh. Selain harus berkonsentrasi kepada egrang, anak juga harus bisa mengingat apa yang telah dia dapat dipos satu yang kemudian akan dipertanyakan pada pos berikutnya.
Fokus pada apa pun yang anak inginkan merupakan kunci sukses dalam keberhasilan prestasi disekolah (Olivia, 2011). Dalam prestasi, anak tidak harus terfokus hanya mengandalkan kerja otak kiri saja. Untuk meraih prestasi atau keberhasilan orang tidak hanya dituntut dalam hal analisis saja, melainkan orang tersebut harus bisa berfikir kreatif, dan berfikir kreatif adalah cara kerja otak kanan. Selain itu fungsi dari otak kanan dalam perkembangan emotional quotient (EQ). Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain serta pengendalian emosi. Pada otak kanan ini pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, dan melukis.
Daya pendorong atau motivasi untuk merebut predikat sebagai pemenang adalah memperoleh rasa kebanggaan, memperoleh kedudukan sebagai anak, yang dianggap pandai dalam permainan ini. Predikat inilah sebenarnya yang menjadi dorongan sehingga anak-anak bermain dengan penuh semangat bertanding. Di samping naluri bagi anak-anak untuk berlomba guna menduduki tempat teratas di antara teman-temannya yang lain. Demikianlah dalam permainan ini, bagi mereka yang berhasil meraih gelar juara1, 2, dan 3 maka mereka lah yang disebut sebagai pemenang.
Permainan ini berperan sekali dalam membina anak untuk menjadi anak yang terampil dan disiplin, berani mengambil resiko dan bertanggungjawab pada setiap perbuatan yang dilakukannya. Fungsi dari permainan ini di samping sebagai permainan, dapat juga dijadikan sebagai alat bagi masyarakat desa untuk berjalan, sebagai tongkat penyambung kaki ketika melintasi jalan-jalan yang becek atau berair.
BAB 3 PENUTUP
- Kesimpulan
Egrang adalah nama permainan sambung kaki berasal dari nama suatu alat yang dipergunakan oleh para pelakunya. Alat yang dipergunakan tersebut berupa dua buah tongkat terbuat dari bambu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan alat penyambung kaki bagi mereka yang melakukan permainan ini. Mengingat kedua tongkat yang berfungsi sebagai penyambung kaki itu merupakan ciri khas dari permainan ini, maka masyarakat memberikan nama sesuai fungsinya, yaitu sambung kaki, yang dalam bahasa Sumatera Selatan dinamakan Tingkat dan Selincak. Permainan ini di daerah Jawa Tengah dinamakan permainan egrang, dan di daerah Sumatera Barat disebut Tijak-tijak bambu.
Peralatan/perlengkapan yang digunakan adalah 2 (dua) potong batang bambu ukuran 250 – 300 cm, dan 2 (dua) potong batang bambu ukuran 25 cm. Panjang tongkat 250 – 030 cm .Tempat kaki, panjang 25 cm. Arak tanah dengan tempat kaki 30-5O cm
Permainan egrang ini dapat melatih dan mengembangkan kemampuan otak kanan dan kiri anak. Seperti halnya memori jangka panjang, sportivitas, keseimbangan dll yang dapat membentuk suatu karakter tertentu.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar